Rangkuman Sejarah Kelas 12-Pemberontakan DI/TII

Pemberontakan DI/TII

Pemberontakan ini dimulai dari sebuah gerakan di Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo.

Ia memiliki cita-cita untuk mendirikan negara Islam.

Dengan adanya perjanjian Renville kemudian membuka peluang bagi Kartosuwiryo untuk lebih mendekatkan cita-citanya tersebut.

Salah satu keputusan Renville adalah pasukan RI dari daerah-daerah yang berada di dalam garis van Mook harus pindah ke daerah yang dikuasai RI.

Divisi Siliwangi dipindahkan ke Jawa Tengah karena Jawa Barat dijadikan negara bagian Pasundan oleh Belanda.

Akan tetapi laskar bersenjata Hizbullah dan Sabilillah yang telah berada di bawah pengaruh Kartosuwiryo tidak bersedia pindah dan malah membentuk Tentara Islam Indonesia (TII).

Ia lalu menyatakan pembentukan Darul Islam (negara Islam/DI) dengan dukungan TII, di Jawa Barat pada Agustus 1948.

Ketika pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat, Kartosuwiryo tidak mau mengakui tentara RI tersebut kecuali mereka mau bergabung dengan DI/TII.

Kemudian sejak 1959, pemerintah mulai melakukan operasi militer.

Operasi terpadu “Pagar Betis” digelar.

Melalui operasi ini pula Kartosuwiryo berhasil ditangkap pada tahun 1962, lalu dijatuhi hukuman mati  yang menandai pula berakhirnya pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo.

Di Jawa Tengah, awal kasusnya juga mirip, di mana akibat persetujuan Renville daerah Pekalongan-Brebes-Tegal ditinggalkan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan aparat pemerintahan.

Amir Fatah diangkat sebagai Panglima TII Jawa Tengah oleh utusan Kartosuwiryo.

Amir Fatah bahkan kemudian ikut memproklamirkan berdirinya Negara Islam di Jawa Tengah.

Sejak itu terjadi kekacauan dan konflik terbuka antara pasukan Amir Fatah dengan pasukan TNI.

Kurangnya dukungan dari penduduk membuat perlawanannya cepat berakhir dan pada Desember 1951, ia menyerah.

Selain Amir Fatah, di Jawa Tengah juga timbul pemberontakan lain yang dipimpin oleh Kiai Haji Machfudz atau yang dikenal sebagai Kyai Sumolangu.

Ia didukung oleh laskar bersenjata Angkatan Umat Islam (AUI).

Kerja sama antara AUI dengan Tentara RI mulai pecah ketika pemerintah hendak melakukan demobilisasi AUI.

Pada akhir Juli 1950 Kyai Sumolangu melakukan pemberontakan.

Pemberontakan Darul Islam di Jawa Tengah lainnya juga dilakukan oleh Batalyon 426 dari Divisi Diponegoro Jawa Tengah.

Selain di Jawa Barat dan Jawa Tengah, pemberontakan DI/TII terjadi pula di Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Letnan Kolonel Kahar Muzakkar.

Kahar Muzakkar pada tanggal 7 Agustus 1953 menyatakan diri sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia Kartosuwiryo.

Pemberontakan yang dilakukan Kahar memang memerlukan waktu lama untuk menumpasnya dan baru berakhir pada tahun 1965.

Pemberontakan yang berkait dengan DI/TII juga terjadi di Kalimantan Selatan oleh Ibnu Hajar.

Pemberontakan terjadi juga di Aceh, para ulama Aceh yang tergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) karena menolak untuk menjadi bagian Sumatera Utara.

Tokoh terdepan PUSA dalam hal ini adalah Daud Beureuh.

Akhirnya pemerintah mengakomodasi dan menjadikan Aceh sebagai daerah istimewa pada tahun 1959.